Sabtu, 06 Oktober 2012

PENDIDIKAN INKLUSIF ANAK USIA DINI (PAUD) CERDAS BANYUWANGI

MENJADI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BUKANLAH PILIHAN MEREKA, MENJADI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ADALAH FAKTA YANG ADA PADA DIRI MEREKA, MEMBIMBING, MENGENALKAN INDAHNYA ILMU PENGETAHUAN ADALAH KEWAJIBAN KITA, HANYA DENGAN KETULUSAN, USAHA TERUS MENERUS DARI ORANG TUA, LINGKUNGAN DAN SEKOLAH YANG MEMBUAT MEREKA MEMILIKI HIDUP PENUH ARTI. DIDIKLAH MEREKA SEJAK USIA DINI, JANGAN MENYEMBUNYIKANNYA, JANGAN MENUTUPI KEBERADAANNYA, KARENA MEREKA MEMILIKI HAK YANG SAMA SEPERTI MANUSIA LAINNYA. PENDIDIKAN ANAK USIA DINI CERDAS BANYUWANGI TELAH MENCOBA SEJAK TAHUN 2008 MENDAMPINGI DAN MENEMANI MEREKA MERAIH ASA .........

Jumat, 05 Oktober 2012

PAUD INKLUSIF, MENDAMPINGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (EDISI 2)

Mengelola PAUD Inklusif, dituntut untuk memiliki kepekaan yang super terhadap elemen-elemen yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang ABK.
Elemen pendukung tersebut antara lain :
1. Keluarga ABK : Ayah, Ibu, serta anggota keluarga yang lain
2. Lingkungan Biotik: Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah
3. Lingkungan Abiotik : Lingkungan sekolah dan Lingkungan rumah
4. Tenaga Pendidik : Kepala PAUD, Guru PK, Guru kelas.
5. Program pembelajaran khusus untuk ABK.

ad. 1. Keluarga ABK. Tiada elemen yang terpenting bagi tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus seperti pentingnya peranan keluarga.Ada beberapa sikap keluarga dalam menghadapi ABK.
Tidak sedikit keluarga yang menganggap kelahiran ABK sebagai Aib keluarga, yang perlu untuk di rahasiakan, disimpan rapat-rapat, bahkan terkadang terbersit keinginan agar mereka segera menghilang entah kemana.
Ada juga keluarga yang bisa menerima mereka, tetapi tidak tahu harus berbuat apa, mereka hanya sekedar diberi makan dan minum, dirawat apa adanya. Seolah-olah hanya karena kewajiban merawat, sembari menunggu waktu datangnya panggilan kembali ke alam sebelum dia dilahirkan.
Ada segelintir keluarga, yang bisa menerima kehadiran mereka sebagai anugrah, sebagai manusia yang juga memiliki kelebihan disamping kekurangannya. Mereka didik dengan layak, tumbuh kembangnya diperhatikan dengan seksama. Sehingga seringkali terbukti, mereka adalah anak2 yang luar biasa, yang memiliki kelebihan super dan mampu melewati kemampuan manusia normal pada umumnya.

Disinilah letak permasalahan utama keberhasilan Pendidikan Inklusif. Proses penyadaran keluarga dengan ABK, oleh semua pihak sangatlah penting. Peranan Ayah, Ibu, Adik, Kakak dan anggota keluarga yang lain, untuk membukakan pintu bagi ABK. Untuk mengenalkan kepada ABK indahnya dunia dan semua yang ada di dalamnya. Untuk meyakinkan bahwa kehidupan mereka sekarang dan yang akan datang akan dapat mereka lalui dengan "baik-baik saja".

ad. 2. Lingkungan Biotik
A. Lingkungan sekitar Rumah
Lingkungan sosial disekitar rumah. Interaksi dengan tetangga, perlu dibangun penyadaran tentang arti kehadiran ABK di dunia ini. Sikap Orang tua dan anggota keluarga juga ikut menentukan sikap lingkungan/tetangga terhadap ABK. Keluarga yang bersikap wajar dalam memperlakukan ABK, tanpa ada perasaan canggung dan takut di cemooh, akan lebih dihargai oleh lingkungannya daripada keluarga yang selalu bersikap curiga dan takut dicemooh oleh tetangganya.

Pengalaman Penulis ketika menangani Sandy (6 Tahun, masuk PAUD Cerdas sejak usia 2 tahun). ABK dengan gangguan pada pendengaran dan otomatis berpengaruh juga pada wicaranya. Sandy kebetulan tetangga dekat sekaligus siswa di PAUD Inklusi Cerdas yang kami kelola.
Pada saat dokter memvonis Sandy mengalami gangguan pendengaran pada usia 2,5 tahun silam, orangtuanya spontan menghentikan Sandy dari aktivitas di PAUD Cerdas. Orang tua dan keluarganya merasa terpukul menerima kenyataan tersebut. kemanapun sandy pergi selalu di dampingi dan diawasi, dengan penuh kecemasan.Akibatnya Sandy juga tumbuh menjadi anak yang tidak mandiri, pemalu dan takut bertemu dengan orang lain. Setelah usia 3 tahun melalui pendekatan yang intensif, alhamdulillah Sandy kembali ke bangku PAUD. dengan perhatian khusus dibanding siswa yang lain.
Sebagai tetangga kami juga mengupayakan agar anak laki-laki saya yang masih kelas 2 SD terus mau bermain dengan Sandy, bermain sepeda keliling kampung, dan bermain apapun ala anak-anak normal pada umumnya. Kami juga memberikan rasa tanggung jawab kepada anak saya dan teman-teman yang lain untuk terus mengajak Sandy berkomunikasi tanpa bahasa isyarat.
Sekarang setelah Sandy berumur 6 tahun, mulai terlihat hasilnya. Sandy mau ikut mengaji di TPQ terdekat, berangkat sekolah tanpa diantar/ditunggui. Berani berkomunikasi dengan siapapun sekalipun dengan pelafalan kata yang tidak jelas dan hanya beberapa patah kata yang dia bisa. Bisa Mandi sendiri, memakai baju sendiri dan lain sebagainya. perkembangan yang sungguh sangat membahagiakan.


B. Lingkungan Sekitar Sekolah
Lingkungan sosial sekolah perlu kita siapkan untuk menerima kehadiran ABK, tumbuhkan empati yang menganggap bahwa ABK sebagai bagian warna warni kehidupan mereka. Interaksi antar wali murid harus dibangun sebagai pola interaksi yang positif, saling mendukung dan memotivasi. Bukan interaksi negatif terselubung dengan ungkapan dan tatapan penuh rasa kasihan melihat ketidaksempurnaan ABK.Interaksi antar murid harus dibangun dengan pola interaksi yang saling menyayangi, menghargai dan juga berkompetisi sesuai dengan kemampuan mereka.