Kamis, 28 Maret 2013

PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Hari ini jadwal merujuk anak-anak yang kami indikasikan ada kelainan dalam tumbuhkembangnya, ke Puskesmas Sobo Banyuwangi. Dari 19 anak berkebutuhan khusus (ABK) kami bagi menjadi 3 kelompok sehingga tidak terlalu lama menunggu giliran dan mereka tetap ceria selama menjalani pemeriksaan.
ABK Kelompok I terdiri dari 4 orang anak yaitu Sandi, Ravindra, Vica dan Iqbal. Pertama mereka menjalani pemeriksaan melalui SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak) oleh ibu Asmawiyah, lalu dilanjutkan oleh Ibu dr. Liastutik.
Sandi, umur 6 tahun didiagnosa mengalami gangguan pendengaran dan harus memakai hearing eid, semoga kedua orang tua ananda Sandi diberikan kelancaran rejeki, karena alat itu tidak murah dan harus beli di Surabaya. Tapi Motivasi yang diberikan oleh Ibu dr. Liastutik kepada orang tua Sandi membuat mereka bersemangat untuk memberikan yang terbaik untuk putranya. Ayah Sandi bekerja sebagai pedagang sayur, sedangkan ibunya sebagai sales marketing di sebuah produk kosmetik. No problem dimana ada kemauan pasti ada jalan.



Ibu UMIHANIK, SANDI, RAVINDRA, IQBAL DAN VICA



BU FATMA BERSAMA ABK SEDANG ANTRI DI PUSKESMAS SOBO BANYUWANGI

Ravindra, umur 6,5 tahun, bola matanya selalu kecoklatan, setelah diperiksa ternyata tidak bisa dipulihkan lagi. Tapi tidak berbahaya. Penyebabnya adalah karena ibunya sering memberi obat mata tetes yang dijual bebas pada saat ravi umur 2 tahun, peringatan buat para orang tua, jangan sampai memberi putra putrinya obat tanpa sepengetahuan dokter, toh puskesmas gratis alias gak bayar. Daripada seperti ini kan kasihan anak juga.

Vica, umur 6 tahun, didiagnosa mengalami kelainan syaraf sehingga kalau berjalan agak tertatih-tatih, kaku dan sedikit mengalami keterbelakangan mental. Yang membuat kami trenyuh adalah vica tinggal dan diasuh oleh nenek dan kakeknya saja. Keberadaan orang tuanya tidak begitu jelas. karena neneknya yang biasa mendampingi tidak mau bercerita lebih jauh kepada kami, okelah yang penting Vica boleh sekolah di Paud Cerdas dan tidak dikungkung di rumah,sebagai pendidik kami sudah bersyukur sekali.

Iqbal, umur 4 tahun. ada benjolan dihidung bagian atas keluar cairan terus dari kedua matanya. Menurut bu dokter Liastutik iqbal harus dirujuk ke RSUD Blambangan supaya dapat pemeriksaan lebih intensif dari dokter spesialis mata dan spesialis bedah.
Iqbal baru satu bulan bergabung di PAUD Cerdas, itupun kedua orangtuanya belum pernah kontak langsung maupun via telphon dengan kami, iqbal ikut sekolah bersama sepupunya jadi kalau sekolah diantar oleh buleknya. inilah yang jadi kendala untuk kelanjutan pemeriksaan iqbal, kami sudah berusaha datang kerumahnya tapi belum pernah bertemu ibunya. Semoga kedua orangtuanya segera diberikan kesadaran.






IQBAL memakai baju seragam olahraga bekasnya Tasya .... hehehe gak papa ya sayang sekalipun kaos bekas anak perempuan, yang penting iqbal bisa sekolah dan Happy bareng bu guru dan teman-teman.









Minggu, 24 Maret 2013

KEGIATAN dan KURIKULUM PAUD INKLUSIF

INKLUSIF LAWAN DARI KATA EKSKLUSIF. EKSKLUSIF MEMILIKI MAKNA TERTUTUP SEDANGKAN INKLUSIF ARTINYA TERBUKA, BERASAL DARI KATA INCLUDE YANG ARTINYA IKUT SERTA /MELIBATKAN.
DARI ARTI KATA DIATAS DAPAT DIPAHAMI BAHWA PAUD INKLUSIF CERDAS BANYUWANGI INI TERBUKA UNTUK SIAPA SAJA, BAIK ANAK DENGAN TUMBUH KEMBANG NORMAL MAUPUN BERKEBUTUHAN KHUSUS. BAIK DARI TINGKAT EKONOMI MAPAN SAMPAI YANG PALING TIDAK PUNYA. BAIK DARI KELUARGA YANG BAHAGIA ATAU KELUARGA YANG KURANG HARMONIS. SEMUA BERGABUNG DALAM SATU LEMBAGA TANPA DIBEDA-BEDAKAN DALAM BERKEGIATAN.
kURIKULUM YANG DIPAKAI ADALAH KURIKULUM DARI DINAS PENDIDIKAN, BERUPA MENU GENERIK. AKAN TETAPI UNTUK ABK PERLU PENYEDERHANAKAN DAN DIFOKUSKAN PADA KEGIATAN BINA DIRI SERTA KEMANDIRIAN AKAN KETRAMPILAN HIDUPNYA, SETELAH ITU DIKEMBANGKAN SESUAI DENGAN KEMAMPUAN ABK MASING-MASING. TAK LUPA KERJASAMA DENGAN DINAS KESEHATAN TERKAIT PENTING UNTUK DIJALIN.
BEBERAPA FOTO KEGIATAN PAUD INKLUSIF CERDAS BANYUWANGI :





APE BAHAN BEKAS EDISI 4



TABOL : Tabungan bola dibuat dari balon yang ditiup, lalu dilapisi koran bekas dan dikeringkan, diberi lubang tempat memasukkan uang.



tempat pensil/ pot bunga dari eceng gondok yang dikeringkan.

kreasi dari kertas bekas pembatas kue Nissin


bunga dari kain perca

Lampion dari balon warna merah dan botol aqua bekas

Kamis, 21 Maret 2013

MEMBANGUN PENDIDIKAN INKLUSIF SEJAK USIA DINI

Betapa senangnya saya ketika Bupati Banyuwangi mengeluarkan peraturan daerah Nomor 68 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Kabupaten Banyuwangi. Karena, sejak tahun 2008, di lembaga saya Pendidikan Anak Usia Dini Cerdas, terdapat Anak-anak Berkebutuhan Khusus (ABK), baik ABK secara fisik, mental, ekonomi maupun sosial. Berdasarkan data di PAUD Cerdas, jumlah ABK setiap tahun terindikasi adanya kenaikan. Dengan dikeluarkannya Perda tersebut semakin mantaplah kami mendampingi Anak Usia Dini yang berkebutuhan khusus tersebut bersama dengan Anak Usia Dini dengan tumbuh kembang normal.
Pendidikan inklusif anak usia dini adalah sebuah pendekatan yang berusaha mentransformasi sistem pendidikan dengan meniadakan hambatan-hambatan yang dapat menghalangi setiap anak untuk berpartisipasi penuh dalam pendidikan. Hambatan yang ada bisa terkait dengan masalah etnik, gender, status sosial, kemiskinan, gangguan tumbuh kembang dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan inklusif adalah pelayanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama-sama anak lainnya (normal), untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sejak usia dini. Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun.
Adapun tujuan utamanya adalah untuk membentuk anak Indonesia (normal maupun ABK) yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal ketika memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
Pendidikan inklusif sangat penting untuk dimulai sejak usia dini. Berdasarkan pengalaman selama lima tahun mendampingi mereka, dampak positif akan benar-benar dirasakan oleh semua pihak. Bagi anak dengan tumbuh kembang normal, mereka akan terbiasa bersyukur, berempati, dan merasa bahwa Anak Berkebutuhan Khusus adalah bagian tak terpisahkan dari hidup mereka, ABK ada disekitar mereka. Menumbuhkan rasa ikut berperan aktif dalam membantu perkembangan teman sebayanya. Sedangkan bagi Anak Berkebutuhan Khusus, mereka akan merasa sebagai bagian dari anak-anak yang ada di sekitarnya, punya hak untuk bermain bersama, menunjukkan minat dan bakatnya serta tidak merasa terkucil, sendiri dirumahnya yang hanya sebatas pagar. Dampak positif jangka panjang yang diharapkan adalah terbentuknya pola pikir dan karater anak Indonesia bermoral luhur, peduli pada sesama hingga dewasa kelak.
Membangun pendidikan anak usia dini inklusif, bukanlah aktivitas mudah, banyak bekal yang harus dipersiapkan. Pertama bekal ketulusan hati. Anak Usia Dini (AUD) dengan tumbuh kembang normal saja sangat sensitif terhadap prilaku maupun ekspresi guru pendampingnya, apalagi jika berhadapan dengan anak usia dini (AUD) yang berkebutuhan khusus. Bisa dipastikan, hati yang tulus dan niat yang kuat menjadi bekal utama bagi seorang pembimbing di PAUD Inklusif.
Bekal yang kedua adalah luasnya wawasan guru pendamping. Usia Dini adalah usia emas, usia exploratif, usia anak membentuk dasar-dasar memori di otaknya yang sedang tumbuh pesat. Sayang sekali jika masa ini dilalui tanpa stimulasi yang tepat, bagaimana dengan masa depan bangsa Indonesia dimasa mendatang ?. Guru Pendamping berwawasan luas akan mampu membimbing dan memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak dengan baik. Dia akan mampu menterjemahkan setiap keingintahuan AUD baik yang normal maupun ABK dengan tepat, sesuai dengan kaidah-kaidah tumbuh kembang anak baik dari segi kesehatan maupun dari segi psikologi anak. Guru Pendamping Khusus (GPK) yang terlatih harus tersedia di sekolah-sekolah inklusif .
Bekal ketiga adalah kreativitas dan inovasi tinggi. Kreativitas dan inovasi diperlukan oleh seorang guru pendamping di pendidikan usia dini. Obyek yang dilayani adalah manusia yang masih baru mengenal isi dunia ini setapak. Sebagai manusia mereka bersifat dinamis, bergerak, berkembang dan tumbuh dengan segala keunikan per individu. mereka bagaikan kain putih bersih tanpa noda, jujur dan apa adanya, hatinya senang dia akan tersenyum, hatinya tidak senang dia akan menangis. kreativitas dan inovasi yang terus diasah diharapkan akan mampu mempersiapkan anak-anak Indonesia yang berkualitas dan siap menyongsong masa depannya kelak.
Bekal keempat adalah Kesabaran, sekalipun telah memiliki ketiga bekal tersebut diatas, jika tidak didukung dengan kesabaran yang teguh maka semua akan sirna, tidak dapat berkesinambungan dan cenderung akan berhenti di tengah jalan karena banyaknya tantangan yang harus dihadapi.
Tantangan paling berat yang dihadapi, justru berasal dari pola fikir orang tua atau wali murid. Banyak Orang tua yang masih berfikir jika anak masuk lembaga PAUD, akan membuat anak menjadi stres, jenuh, mengurangi waktu bermain, merepotkan dan lain-lain. Khusus untuk orang tua yang memiliki ABK, mereka sering merasa malu jika anak mereka mengikuti program paud, mereka menganggap ABK membawa aib keluarga, membutuhkan biaya banyak, perhatian lebih dan lainsebagainya. Pendekatan dan pendampingan terhadap orang tua yang memiliki ABK mutlak diperlukan. Terjadi kesalahan komunikasi antara pihak guru pembimbing dengan orangtua, akan berakibat fatal bagi ABK. mereka tidak diperbolehkan lagi ke PAUD atau bergaul dengan teman sebayanya untuk menikmati indahnya ilmu pengetahuan.
Saya berharap dengan adanya program Pendidikan inklusif dari Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi ini, semakin banyak orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus mengerti lalu menyadari pentingnya stimulasi tumbuh kembang anak sejak usia dini. Usia dini adalah masa emas yang sayang jika terlewatkan begitu saja, terlebih untuk Anak Berkebutuhan Khusus.